Sabtu, 23 November 2013

Review : Aku Tahu Kamu Hantu

Judul: Aku Tahu Kamu Hantu
Penulis: Eve Shi
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2013 (Cetakan Pertama)
Harga: Rp. 39.000
Jumlah halaman: 269 hal.
ISBN (13): 978-979-780-652-1
ISBN (10): 979-780-652-9

Aku di sini. 
Kamu bisa melihatku, tetapi kamu tidak bisa mendengarkanku.
Aku tahu kamu bingung, tetapi yakinlah… aku tidak pernah bermaksud jahat.
Aku hanya ingin meminta tolong, karena kamulah satu-satunya orang yang bisa memecahkan teka-teki ini.
Jika kamu melihatku lagi, tolong jangan berpaling.
Semoga kamu mengerti isyaratku.
***
Aku Tahu Kamu Hantu adalah novel dari seorang penulis dengan nama Eve Shi. Novel ini merupakan novel genre (semi) horor pertama yang gua baca dalam kurun waktu 2 tahun belakangan ini. Gua nggak terlalu suka baca novel horor, baik novel horor yang ditulis oleh penulis luar atau pun penulis dalam negeri. Bukan karena takut, hanya saja, tidak terbiasa dan merasa genre horor bukanlah genre yang membangkitkan nafsu membaca gua. Alasan kenapa akhirnya gua membaca novel ini adalah karena novel ini adalah novel pilihan yang diterima oleh klub buku gua dalam rangka arisan buku yang diadakan oleh penerbit Gagasmedia. Yang menarik adalah, beberapa anggota klub buku gua adalah orang yang anti cerita horor karena memang gampang parno. :)
Oke, sekarang waktunya gua mereview novel ini dengan kesotoyan gua. Hehe. :D
Novel Aku Tahu Kamu Hantu ini adalah novel horor yang menurut gua nggak full terlalu horor. Genre Thriller ikut bercampur dalam penceritaan novel ini, dan mungkin sedikit aroma supranatural. Novel ini bercerita tentang Olivia, seorang pelajar puteri yang tergolong anak broken home, di mana kedua orangtua nya bercerai dan dia tinggal bersama ayahnya yang terlalu sibuk dan termasuk dalam kategori ayah yang kurang perhatian. Olivia adalah seorang siswi biasa yang menjalani kehidupan biasa yang seperti akan berlangsung monoton. Hanya saja, semenjak ulang tahunnya yang ke 17, segalanya berubah. Dia jadi memiliki kemampuan untuk melihat hantu sejak hari ulang tahunnya itu, kemampuan yang merupakan kemampuan khusus yang diturunkan dari garis keturunan ibunya. Lalu, terjadi kasus di sekolahnya, yaitu hilangnya seorang siswa, yaitu Frans. Namun suatu kali Olivia menjerit di dalam kelas saat melihat siswa yang hilang itu ada di dalam kelas, dan hanya Olivia sendiri yang dapat melihatnya.
Sejak kejadian itu, Frans beberapa kali muncul di hadapan Olivia. Dan Olivia mengalami beberapa kejadian yan tidak mengenakkan dengan bertemu, dan diganggu oleh hantu bocah tetangganya yang meninggal karena kecelakaan. Olivia memiliki teman sebangku bernama Kenita yang belakangan diketahui memiliki kemampuan yang sama dengannya, berusaha untuk mencari Frans yang diduga meninggal dan pelakunya adalah beberapa cowok yang tenar di sekolah mereka.

1. First Impression
Covernya terlalu unyu untuk sebuah novel horor. Namun beberapa ilustrasi di dalam novel cukup mengentalkan aroma horor dalam novel ini. Walau menurut gua, ilustrasinya terlalu seram untuk sebuah deskripsi hantu yang terdapat di dalam novel yang nggak seram banget.

2. How Did You Expression The Book
Novel genre horor yang mengambil setting dunia remaja dan detail yang remaja banget. Nggak mengecewakan. Walau yang lebih terasa dalam novel ini adalah bukan gaya penulisan novel horor, tapi lebih ke gaya penulisan noel Thriller. :)
3. Character
Karakter dalam novel ini ada banyak, tapi utama di novel ini adalah Olivia. Beberapa karakter pendukung dalam cerita ini ada Kenita, Daniel, Saras, dan banyak lainnya. Terlalu banyak untuk disebutin satu-satu. Sebab pola hubungan karakter dalam novel ini memang banyak dan saling berhubungan dan tidak menjadi sia-sia karakter yang banyak itu.
4. Plot
Plotnya maju, dan cara menarasikannya cukup rapi serta detail. Deskripsi tempat dan suasananya bagus.
5. POV
POV yang dipakai adalah POV dengan tokoh Olivia sebagai center.
6. Main Ide
Tentang seorang cewek yang mendapat kemampuan khusus di hari ulang tahunnya yang ke 17. Dan kemampuannya ini membawa dia pada sebuah pertualang pribadi untuk mengungkapkan sebuah pembunuhan yang terjadi di sekolahnya.
7. Quotes
Apa yah? Ada beberapa kalimat yang bagus, tapi sulit untuk dianggap sebagai sebuah quotes, karena bercampur dengan percakapan.
8. Ending
Good ending. As always, si pemilik kemampuan khusus mampu mengungkapkan pembunuhan.
9. Benefits
Lumayan untuk menyegarkan pikiran dengan membaca lagi genre tulisan yang udah lama banget nggak dibaca. :)
10. Question
Ini novel ke berapa ya? Gaya penulisannya udah asik, walau beberapa narasinya nggak rapi dan di beberapa kalimat strukturnya agar berantakan dan nanggung. :D

Kamis, 03 Oktober 2013



Judul: Reasons
Penulis: Aditya Yudis
Penerbit: Teens Noura

Adeline dan Amber bertemu dalam satu titik kehidupan. Mereka punya impian yang sama. Tapi hanya satu yang bisa mencapainya. Awalnya, mereka pikir persaingan itu hanya sementara. Tapi ternyata masa depan mereka pun saling bertautan, karena beberapa alasan.
***
Reasons adalah novelnya Aditya Yudis yang entah keberapa yang gua baca (karena hampir semua novelnya Adit pernah gua baca). Baca novel ini dalam bentuk sudah jadi buku sama aja kayak gua ulang baca novel ini. Yap, karena gua udah sempet baca novel ini saat masih dalam bentuk draft dan belum di-acc penerbit untuk diterbitkan, dan juga bantu kasih masukan dengan kesotoy-an untuk menyempurnakan draft novel awal Reasons agar menjadi novel Reasons yang sudah terbit sekarang.
Oke, narasi singkatnya tentang novel Reasons, ialah novel ini adalah novel yang genrenya berbau teenlit. Kenapa gua bilang berbau teenlit, dan bukan teenlit? Karena novel Reasons ini bercerita tentang seorang cewek SMA bernama Adeline yang berasal dari keluarga tidak mampu, tapi pintar yang bersaing dengan cewek populer bernama Amber. Amber ini adalah anak orang kaya, cantik dan pinter, walau ga pinter-pinter banget yang memiliki Abang yang jauh lebih pinter dari dia, yaitu Abi. Nah Adeline sama Amber bersaing untuk free ticket masuk UI (Iya Universitas Indonesia, kampus impian anak-anak SMA di Jakarta), dan yang dapat si Adeline. Amber yang kalah mendapat tekanan dari kedua orang tua nya yang selalu membandingkan Amber dengan Abi. Semenjak itulah Amber benci dan dendam sama Adeline, pengaruh dari sahabatnya juga yang membuat Amber mengerjai Adeline di sekolah sampai mereka lulus. (Di sini terasa aroma konflik khas remajanya).
Perselisihan di antara Amber dan Adeline nggak sampai disitu, setelah lulus, mereka akhirnya dipertemukan lagi. Dan perselisihan berlanjut, dari sekedar permasalahan SMA hingga permasalahan tentang cowok yang bernama Sigit. Sigit adalah cowok, rekan bisnis bosnya Adeline pas masa SMA (Adeline part time pas masih sekolah) yang kemudian menjadi bosnya Adeline saat masa kuliah. (Detail ceritanya nanti baca sendiri aja yah).
Reasons ini bisa dibilang sebuah novel genre Teenlit yang pertama kali bisa gua tamatin bacanya (soalnya gua ga terlalu sreg baca novel Teenlit), walau novel Reasons ini nggak teenlit banget. Karena permasalahan dan konflik yang ada di novel ini nggak se-ringan masalah di novel teenlit umumnya yang agak menye-menye. Walau novel ini bergenre romance, dengan gaya penulisannya yang udah gua hafal banget, Adit bikin narasi dan deskripsi romance nya terlihat romantis dan keren, nggak cengeng dan menye-menye kayak novel teenlit umumnya.
1. First impression
Karena gua udah pernah baca draft awalnya, dan tau isi ceritanya, cover dan judulnya menurut gua nggak matching dengan isi novel ini. :)
2. How did you experience the book?
Mengenang lagi jaman masa SMA yang sering banget bersaing secara akademik dengan temen lain yang lebih pinter.
3. Characters
Adeline: Cewek sederhana yang pinter, agak kutu buku, eh bukan deh, kutu novel tepatnya. :D
Amber: tipikal cewek kaya, cantik dan populer umumnya, agak manja
Abi: Cowok yang 'abang banget', cool dan dewasa. terlalu perfect.
Sigit: Cowok yang cool, tapi ga kayak Abi, cool-nya Sigit lebih ke cuek santai.
4. Plot
Alur maju, dan plotnya cukup rapi, setelah dibantai oleh beberapa orang termasuk gua dan Iif. Setting dunia remaja dan segala permasalahan umum di dalamnya.
5. POV
POV 3 dengan penekanan di Amber dan Adeline
6. Main Idea
Pembullyan. Ide utama novel ini ya tentang itu. Pembullyan yang dilakukan Amber selaku cewek canti-populer-kaya ke Adeline hanya karena kalah bersaing memperebutkan free ticket masuk UI.
7. Quotes
“There is some good in this world, and it’s worth fighting for.” – J. R. R. Tolkien, The Two Towers,
8. Ending
Endingnya.... sedikit trickie. :D Gua agak ketipu pas baca draft awalannya. Hahaha
9. Questions
Bisa ga kalau bikin cerita novel ga ada tokoh cowok yang karakternya nyantai, asik tapi romantis, loveable, dan warm? :p
10. Benefits
Baca novel ini seperti ngaca, gimana dulu sulit dan asiknya melewati masa muda dan remaja yang sebenarnya di jaman SMA. Tanpa masalah, konflik, dan cinta rasanya masa muda ga afdol buat dilewati. :p

Rabu, 11 September 2013


Judul : Samudra di Ujung Jalan Setapak (The Ocean at the End of the Lane)
Penulis : Neil Gaiman
Penerbit : GPU
Terbit : Agustus 2013, Cetakan Pertama
ISBN : 978-979-22-9768-3
Jumlah halaman : 264
Kategori : Novel Fiksi Terjemahan
Genre : Fantasi Fabel.

Sinopsis:
Samudra di Ujung Jalan Setapak adalah fabel yang membentuk ulang kisah fantasi modern: menggugah, menakutkan, dan puitis—semurni mimpi, segetas sayap kupu-kupu, dari pencerita genius Neil Gaiman.

Kisahnya dimulai empat puluh tahun silam, ketika pemondok di rumah keluarga sang Pencerita mencuri mobil mereka dan bunuh diri di dalamnya. Peristiwa ini membangkitkan kekuatan-kekuatan purba yang seharusnya dibiarkan tak terusik. Makhluk-makhluk gelap dari dunia seberang kini lepas, dan sang Pencerita harus mengerahkan segala daya upayanya agar bisa bertahan hidup: ada kengerian yang nyata di sini, dan kuasa jahat yang terlepas—di dalam keluarganya dan dari kekuatan-kekuatan yang bersatu untuk menghancurkannya.

Yang bisa melindunginya hanyalah tiga perempuan yang tinggal di pertanian ujung jalan. Perempuan yang paling muda menyatakan kolam bebeknya adalah samudra. Perempuan yang paling tua mengaku pernah menyaksikan peristiwa Ledakan Besar.

***

Novel The Oceans At The End of The Lane ini adalah novel pilihan yang dipilih sama Aditya Yudis untuk dibaca di bulan Agustus. Novel pertama karyanya Neil Gaiman yang gua baca. Pertama kali dengar novel ini yang dipilih, gua mengerenyitkan dahi. Neil Gaiman? Oke, sebelumnya gua udah pernah mendengar tentang penulis ini (bahkan gua punya salah satu novelnya Anandsi Boys) tapi ga pernah gua baca.

Ketika gua tau dari Adit kalau novel ini bergenre fantasi, gua merasa tertarik untuk membaca novel ini. Walau bukan penggemar berat fantasi, seenggaknya novel ini membuat gua merasa bisa dapet lagi momen-momen yang mendebarkan. Membayangkan dan merangkai sebuah kota, ruang dan keadaan sesuai imajinasi gua berdasarkan narasi penulis, seperti yang dulu gua rasakan saat membaca Harry Potter series, Lord Of The Ring series, Dunsa, dan beberapa novel fantasi lainnya.

Dan ketika membaca novel ini, gua akui kalau gua nggak menikmati novel ini. Narasi dalam novel ini ga bisa gua terjemahkan dalam imajinasi gua. Gua ga bisa membuat dan membayangkan seperti apa narasi dalam cerita dengan sangat jelas. Terasa blur, kabur dan membayang. Novel TOATEOTL ini memang bukan sebuah novel fantasi murni seperti The Lord Of The Ring atau Narnia. Setting ceritanya berangkat pada tokoh nyata. Maka gua bilang novel ini semi fantasi dan lebih banyak tentang suprantural.

Dan entah mengapa, gua merasa kalau novel ini tidak diterjemahkan dengan baik oleh penerjemahnya. Karena, walau kata-kata hasil terjemahan benar, tapi susunan katanya menjadi terdengar sumbang dan agak nggak nyambung. (atau memang penulisan narasinya Neil Gaiman yang seperti itu?).

Novel ini menggunakan teknik penceritaan mundur, dimana tokoh Aku mengingat tentang masa kecilnya dim umur 7 tahun dan isi novel ini adalah mengenai apa yang di alami oleh tokoh aku saat berumur 7 tahun dan kenal serta bertemu dengan tokoh Lettie yang berumur 11 tahun. Tempo cerita di novel TOATOETL ini terkadang cepat, terkadang lambat, dan bisa sangat lambat sehingga membuat kantuk saat membacanya. Dan juga, di novel ini tokoh-tokohnya diluar Lettie, Tokoh Aku, dan Kutu (Ursula) sepertinya tidak terlalu berpengaruh signifikan dalam cerita. Dan menurut gua, karakter Aku terlalu dewasa untuk anak umur 7 tahun. Secara umum gua nggak jatuh cinta sama novel ini, walau kalimat-kalimat dan quotes di dalamnya begitu memikat dan deskripsi tentang tempat di dalam cerita begitu memikat.

POINT OF DISCUSSION

1. First Impression

Covernya adalah seorang bocah perempuan yang tenggelam. Menyiratkan bahwa novel ini sangat berkaitan dengan air dan tenggelam, sesuai dengan judulnya. Penggunaan font di cover nggak banget. Bikin bingung, dan blurb di cover belakang pun sama absurdnya, di embos. Nggak menarik.

2. How did you experience the book

Nggak ada yang bisa dinikmatin dalam novel ini kecuali quotes-quotes simple yang begitu mengena.

3. Characters

Tokoh utamanya si Aku (yang sampe selesai baca nggak engeh nama aslinya siapa) yang kembali bernostalgia dengan masa kecilnya yang absurd. Lalu Lettie bocah perempuan yang begitu dewasa yang tinggal dengan ibu dan neneknya yang sepertinya immortal. 

4. Plot

Waktu kejadian di 264 halaman sekitar 3-4 hari, pokoknya kurang dari seminggu. Alur mundur alias flashback.

5. POV

Pov pertama, sudut pandang Aku atau George.

6. Main Idea/Theme

Tentang mindset anak kecil yang masih sok tahu, merasa benar, dan merasa mengetahui segalanya. Mengungkap sisi lain pikiran anak kecil yang tidak mau dikekang atau terkekang oleh aturan-aturan orang dewasa yang begitu membosankan.

7. Ending

Ending? Ya seperti itulah. Gua bingung mau bilang endingnya bagus atau buruk.

8. Questions

Apa yang ada di benak anda Neil Gaiman saat menulis cerita ini? Kenapa menuliskan cerita tentang anak-anak yang direlasikan dengan hal mistis, dan supranatural? Seolah pikiran anak kecil itu terlalu liar dan absurd. (mungkin akan terdengar bahwa anak kecil seperti itu gila)

9. Benefits

Mengungkapkan sisi lain pemikiran anak kecil yang tidak selalu menurut dan mengikuti apa yang dilakukan dan ditetapkan oleh orang dewasa. Menyiratkan, bahwa anak kecil pun memiliki hak untuk berbicara dan didengarkan.

10. Quotes

“Biar bagaimana pun, buku-buku lebih aman daripada manusia.” (hal. 18)

“Orang-orang dewasa mengikuti jalan yang sudah ada. Anak-anak menjelajah. Orang dewasa puas menempuh jalur yang itu-itu saja, ratusan kali, atau ribuan…” (hal. 85)

“Tidak seorang pun yang wujud aslinya persis seperti mereka yang di dalam. Kau tidak. Aku tidak. Manusia jauh lebih rumit daripada itu. Semua orang juga begitu.” (hal. 163)

“… Orang dewasa juga tidak kelihatan seperti orang dewasa di dalamnya. Dari luar, mereka besar, tampak masa bodoh, dan selalu yakin dengan tindakan mereka. Di dalam, mereka masih seumuranmu. Sesungguhnya, tidak ada orang dewasa. Tidak ada satu pun, di seluruh dunia ini.” (hal. 164)


“Beda-beda orang, beda-beda ingatannya; tidak ada dua orang yang mengingat hal-hal yang sama persis, entah mereka mengalaminya atau tidak. Walaupun dua orang berdiri bersebelahan, ingatan mereka bisa berpulau-pulau jauhnya.” (hal.  250)

"Buku-buku adalah para guru dan penasihatku." (hal. 113)

Senin, 29 Juli 2013

Review: Notasi



Judul: Notasi
Penulis: Morra Quatro
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 9789797806
Tebal: 294 Halaman
Rasanya, sudah lama sekali sejak aku dan dia melihat pelangi di langit utara Pagung.
Namun, kembali ke kota ini, seperti menyeruakkan semua ingatan tentangnya; tentang janji yang terucap seiring jemari kami bertautan.
Segera setelah semuanya berakhir, aku pasti akan menghubungimu lagi.
Itulah yang dikatakannya sebelum dia pergi. Dan aku mendekap erat kata-kata itu, menanti dalam harap. Namun, yang datang padaku hanyalah surat-surat tanpa alamat darinya.
Kini, di tempat yang sama, aku mengurai kembali kenangan-kenangan itu…
***
Gua adalah pembaca setia novel-novelnya Morra Quatro. Ketika novel ini akan terbit gua udah tau cerita novel ini tentang apa (anggepa aja spoiler khusus pembaca setia) :D
Tema yang diangkat oleh Morra di Notasi begitu sensitif, yaitu tentang salah satu masa tergelap yang pernah dilewati negara ini: Reformasi di tahun 1998. Sebuah tema yang sebenarnya nggak mudah, namun cukup penting untuk diangkat kembali. Menilik makin banyak pelajar-pelajar masa kini yang malas mempelajari Sejarah, maka bagi saya Notasi layaknya sebuah novel yang berfungsi sebagai buku sejarah mini tentang salah satu bagian sejarah penting negara ini.
Diluar status gua sebagai pembaca setia karya Morra Quatro, secara objektif gua menganggap Morra kembali dengan Notasi ini, sejak karya debutnya yang membuat gua jatuh cinta sama gaya penulisannya, yaitu Forgiven. Di novel Notasi ini, ciri penulisan Morra begitu keluar dengan ciri paling utama ialah adanya tokoh laki-laki yang 'cool' dan pendiam namun memiliki karakter yang begitu menggoda, serta tokoh perempuan yang biasa saja, dalam artian tokoh perempuannya memiliki karakter yang sangat umum dimiliki perempuan-perempuan lainnya.
Gaya penulisan Morra yang ringan dengan teknik deskripsi yang menurut gua cukup 'tricky' membuat gua dapat menikmati cerita tanpa harus berpikir keras, walau kadang cerita yang sedang dibaca bukanlah cerita picisan yang pasaran. Dan hal yang paling gua suka dari tulisan-tulisannya Morra ialah saat terjadi percakapan antar tokoh utama. Dalam Notasi, gua nggak akan pernah melupakan percakapan pendek Nalia dan Nino di dalam kampus saat acara yang diadakan oleh fakultas kedokteran, setelah terjadi penyerangan, dan tentu saja percakapan terakhir Nalia dan Nino di parkiran sebelum Nino memutuskan untuk ikut 'turun ke jalan'.
1. First Impression
Menilik cover Notasi, hal utama yang terpikir dalam kepala gua adalah sebuah pergerakan yang melibatkan radio. Mengingatkan gua akan zaman kemerdekaan, yang menggunakan radio sebagai alat komunikasi utamanya dalam melawan penguasa.
2. How did you experience the book?
Membaca kembali buku sejarah, bab reformasi dalam kemasan lebih menyenangkan dan lebih luas karena diceritakan melalui sudut pandang mahasiswa Jogja.
3. Character
Walau Nalia tokoh utamanya, karakter Nino begitu terasa pendeskripsiannya. Pun juga dengan tokoh lainnya seperti Ve, Faris, Farel dan lainnya.
4. Plot
Plot maju dan mundur sederhana yang ditulis dengan halus dan apik. Nggak sulit untuk membedakan mana cerita di masa lalu dan cerita di masa sekarang.
5. POV
POV 1 dengan tokoh utama Nalia. Cukup apik, walau ada beberapa pertanyaan yang mengganjal karena terbatasnya kuasa Nalia untuk menceritakan banyak hal dalam cerita. Hal ganjil yang mungkin tidak dapat dijawab sendiri oleh Nalia jika ditanyakan langsung ke tokoh tersebut, misalnya sejauh dan seerat apa hubungan Nino dan Ve.
6. Main Idea
Ide utama Notasi adalah kenangan. Cerita tentang bagaimana seorang perempuan yang kini sudah hidup bahagia dengan pasangannya lalu tiba-tiba mengenang kembali sosok lelaki yang dulu pernah hadir di hati dan pikirannya. Kenangan yang begitu erat dan mengental karena adanya momen spesial yang dijalani bersama (melewati masa reformasi bersama-sama).
7. Quotes
Ada banyak quotes yang bisa dikutip dalam novel Notasi. Tapi quotes paling gua inget adalah quotes yang ditulis sendiri oleh Morra Quatro di halaman pertama novel. Quotes yang menurut gua mewakili keseluruhan cerita dan quotes di dalam novel Notasi:
"Saat-saat istimewa dalam hidup selalu datang tanpa peringatan."

8. Ending

Ending yang manis, walau sebenarnya sudah terlihat saat surat-surat Nino diceritakan kembali oleh Nalia. Hanya, ending cerita yang sedikit mengejutkan adalah dengan siapa akhirnya Nino bersama, yaitu Ve. Membuat gua bertanya-tanya tentang sejauh apa, dan seerat apa hubungan Nino dan Ve.

9. Question

Seperti yang udah gua jelasin di atas, POV 1 ini membuat Morra nggak leluasa menceritakan semuanya, sebab harus terbatas di ruang lingkup apa yang diketahui oleh Nalia saja. Pertanyaan terbesara gua adalah tentang Nino dan Ve. Dan karakter Ve yang 'keras di luar dan lembut di dalam' ini menarik perhatian gua dan sayangnya kurang di ekslpore. Walau gua paham kenapa nggak bisa dieksplore, karena Nalia sendiri nggak begitu kenal dekat dengan Ve. Bagaimana bisa Nalia bercerita banyak tentang Ve, sementara dia sendiri nggak terlalu mengenal siapa Ve.

10. Benefits

Bagi yang nggak terlalu paham atau tau tentang peristiwa reformasi tahun 1998, maka dengan baca Notasi akan membuat orang-orang itu mengetahui sebagian kecil suasana dan deskripsi sejarah penting negara ini. Dan bagi yang sudah tau, maka membaca Notasi bagai penyegaran, dan pengulangan ingatan bahwa pernah ada masa seperti itu.