Rabu, 11 September 2013


Judul : Samudra di Ujung Jalan Setapak (The Ocean at the End of the Lane)
Penulis : Neil Gaiman
Penerbit : GPU
Terbit : Agustus 2013, Cetakan Pertama
ISBN : 978-979-22-9768-3
Jumlah halaman : 264
Kategori : Novel Fiksi Terjemahan
Genre : Fantasi Fabel.

Sinopsis:
Samudra di Ujung Jalan Setapak adalah fabel yang membentuk ulang kisah fantasi modern: menggugah, menakutkan, dan puitis—semurni mimpi, segetas sayap kupu-kupu, dari pencerita genius Neil Gaiman.

Kisahnya dimulai empat puluh tahun silam, ketika pemondok di rumah keluarga sang Pencerita mencuri mobil mereka dan bunuh diri di dalamnya. Peristiwa ini membangkitkan kekuatan-kekuatan purba yang seharusnya dibiarkan tak terusik. Makhluk-makhluk gelap dari dunia seberang kini lepas, dan sang Pencerita harus mengerahkan segala daya upayanya agar bisa bertahan hidup: ada kengerian yang nyata di sini, dan kuasa jahat yang terlepas—di dalam keluarganya dan dari kekuatan-kekuatan yang bersatu untuk menghancurkannya.

Yang bisa melindunginya hanyalah tiga perempuan yang tinggal di pertanian ujung jalan. Perempuan yang paling muda menyatakan kolam bebeknya adalah samudra. Perempuan yang paling tua mengaku pernah menyaksikan peristiwa Ledakan Besar.

***

Novel The Oceans At The End of The Lane ini adalah novel pilihan yang dipilih sama Aditya Yudis untuk dibaca di bulan Agustus. Novel pertama karyanya Neil Gaiman yang gua baca. Pertama kali dengar novel ini yang dipilih, gua mengerenyitkan dahi. Neil Gaiman? Oke, sebelumnya gua udah pernah mendengar tentang penulis ini (bahkan gua punya salah satu novelnya Anandsi Boys) tapi ga pernah gua baca.

Ketika gua tau dari Adit kalau novel ini bergenre fantasi, gua merasa tertarik untuk membaca novel ini. Walau bukan penggemar berat fantasi, seenggaknya novel ini membuat gua merasa bisa dapet lagi momen-momen yang mendebarkan. Membayangkan dan merangkai sebuah kota, ruang dan keadaan sesuai imajinasi gua berdasarkan narasi penulis, seperti yang dulu gua rasakan saat membaca Harry Potter series, Lord Of The Ring series, Dunsa, dan beberapa novel fantasi lainnya.

Dan ketika membaca novel ini, gua akui kalau gua nggak menikmati novel ini. Narasi dalam novel ini ga bisa gua terjemahkan dalam imajinasi gua. Gua ga bisa membuat dan membayangkan seperti apa narasi dalam cerita dengan sangat jelas. Terasa blur, kabur dan membayang. Novel TOATEOTL ini memang bukan sebuah novel fantasi murni seperti The Lord Of The Ring atau Narnia. Setting ceritanya berangkat pada tokoh nyata. Maka gua bilang novel ini semi fantasi dan lebih banyak tentang suprantural.

Dan entah mengapa, gua merasa kalau novel ini tidak diterjemahkan dengan baik oleh penerjemahnya. Karena, walau kata-kata hasil terjemahan benar, tapi susunan katanya menjadi terdengar sumbang dan agak nggak nyambung. (atau memang penulisan narasinya Neil Gaiman yang seperti itu?).

Novel ini menggunakan teknik penceritaan mundur, dimana tokoh Aku mengingat tentang masa kecilnya dim umur 7 tahun dan isi novel ini adalah mengenai apa yang di alami oleh tokoh aku saat berumur 7 tahun dan kenal serta bertemu dengan tokoh Lettie yang berumur 11 tahun. Tempo cerita di novel TOATOETL ini terkadang cepat, terkadang lambat, dan bisa sangat lambat sehingga membuat kantuk saat membacanya. Dan juga, di novel ini tokoh-tokohnya diluar Lettie, Tokoh Aku, dan Kutu (Ursula) sepertinya tidak terlalu berpengaruh signifikan dalam cerita. Dan menurut gua, karakter Aku terlalu dewasa untuk anak umur 7 tahun. Secara umum gua nggak jatuh cinta sama novel ini, walau kalimat-kalimat dan quotes di dalamnya begitu memikat dan deskripsi tentang tempat di dalam cerita begitu memikat.

POINT OF DISCUSSION

1. First Impression

Covernya adalah seorang bocah perempuan yang tenggelam. Menyiratkan bahwa novel ini sangat berkaitan dengan air dan tenggelam, sesuai dengan judulnya. Penggunaan font di cover nggak banget. Bikin bingung, dan blurb di cover belakang pun sama absurdnya, di embos. Nggak menarik.

2. How did you experience the book

Nggak ada yang bisa dinikmatin dalam novel ini kecuali quotes-quotes simple yang begitu mengena.

3. Characters

Tokoh utamanya si Aku (yang sampe selesai baca nggak engeh nama aslinya siapa) yang kembali bernostalgia dengan masa kecilnya yang absurd. Lalu Lettie bocah perempuan yang begitu dewasa yang tinggal dengan ibu dan neneknya yang sepertinya immortal. 

4. Plot

Waktu kejadian di 264 halaman sekitar 3-4 hari, pokoknya kurang dari seminggu. Alur mundur alias flashback.

5. POV

Pov pertama, sudut pandang Aku atau George.

6. Main Idea/Theme

Tentang mindset anak kecil yang masih sok tahu, merasa benar, dan merasa mengetahui segalanya. Mengungkap sisi lain pikiran anak kecil yang tidak mau dikekang atau terkekang oleh aturan-aturan orang dewasa yang begitu membosankan.

7. Ending

Ending? Ya seperti itulah. Gua bingung mau bilang endingnya bagus atau buruk.

8. Questions

Apa yang ada di benak anda Neil Gaiman saat menulis cerita ini? Kenapa menuliskan cerita tentang anak-anak yang direlasikan dengan hal mistis, dan supranatural? Seolah pikiran anak kecil itu terlalu liar dan absurd. (mungkin akan terdengar bahwa anak kecil seperti itu gila)

9. Benefits

Mengungkapkan sisi lain pemikiran anak kecil yang tidak selalu menurut dan mengikuti apa yang dilakukan dan ditetapkan oleh orang dewasa. Menyiratkan, bahwa anak kecil pun memiliki hak untuk berbicara dan didengarkan.

10. Quotes

“Biar bagaimana pun, buku-buku lebih aman daripada manusia.” (hal. 18)

“Orang-orang dewasa mengikuti jalan yang sudah ada. Anak-anak menjelajah. Orang dewasa puas menempuh jalur yang itu-itu saja, ratusan kali, atau ribuan…” (hal. 85)

“Tidak seorang pun yang wujud aslinya persis seperti mereka yang di dalam. Kau tidak. Aku tidak. Manusia jauh lebih rumit daripada itu. Semua orang juga begitu.” (hal. 163)

“… Orang dewasa juga tidak kelihatan seperti orang dewasa di dalamnya. Dari luar, mereka besar, tampak masa bodoh, dan selalu yakin dengan tindakan mereka. Di dalam, mereka masih seumuranmu. Sesungguhnya, tidak ada orang dewasa. Tidak ada satu pun, di seluruh dunia ini.” (hal. 164)


“Beda-beda orang, beda-beda ingatannya; tidak ada dua orang yang mengingat hal-hal yang sama persis, entah mereka mengalaminya atau tidak. Walaupun dua orang berdiri bersebelahan, ingatan mereka bisa berpulau-pulau jauhnya.” (hal.  250)

"Buku-buku adalah para guru dan penasihatku." (hal. 113)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar